TUAN DAN NONA, EZAYYAK?!

Ezayyak adalah nama blog ini; tempat yang dahulu pernah saya nobatkan sebagai rumah kedua, yang kemudian saya benar-benar perlakukan dia di nomor dua, tiga, empat dan seterusnya.

Jahat? Memang, saya bukan orang baik, memang~

Ezayyak diambil dari bahasa Arab dialek Mesir yang artinya “apa kabar?”

Jika tuan dan nona bertanya mengapa saya memilih kalimat tersebut sebagai nama blog ini, jawabannya tidak ada alasan khusus, sesederhana karena kalimat tersebut yang terlintas saja ketika itu.

Kalaupun harus ada sebuah alasan, barangkali karena saya menyukainya. Alasannya? Ya suka saja, haruskah selalu ada alasan di balik setiap hal? Sampai kemudian saya ditanya alasan di balik alasan? Apakah tuan dan nona tidak pernah suka sesuatu atau seseorang tanpa alasan?

Sepertinya tidak ya? Baiklah~

Sejak saya mulai jarang menyambangi blog ini, jarang menyapa orang-orang yang ada di dalamnya, tidak tahu apa yang mereka bicarakan, bahkan saya tidak tahu siapa saja yang masih eksis menulis dan siapa yang sudah menghilang dari peredaran, rasanya tidak berlebihan bukan jika saya menyapa dan bertanya perihal kabar tuan dan nona sekalian? Ezayyak?!

Apa kabar?! Saya beri tanda tanya dan tanda seru bukan berarti saya mengungkapkan itu dengan nada tinggi penuh emosi, bukan, tolong jangan salah paham. Itu tanda saya bertanya dengan antusias dan penuh kesungguhan.

Saya tidak pernah tahu apa saja yang telah terjadi pada tuan dan nona, kesulitan apa saja yang sudah menyapa, kemana kehidupan membawa, seberapa keras ia menghempas anda di hadapan realita. Tapi di manapun posisi anda, semoga selalu berada dalam kebaikan, dilimpahi keberkahan, dinaungi rahmat, dan senantiasa berada dalam dekapan cinta kasih-Nya.

Semoga-semoga saya titipkan pada semilir angin musim panas, melewati ratusan mil gurun tandus yang bisa saja ia terjatuh di antara pasir-pasirnya, atau terserak di atas aliran sungai nil yang deras untuk kemudian terhempas sampai di laut merah, bisa jadi juga layu di tengah jalan, kering, lalu meranggas.

Itu risiko saat harap kita titipkan pada makhluk-Nya, bukan? Namun pada doa yang tuan dan nona rapal di tengah kesunyian malam, di antara hiruk pikuk keramaian, di saat sendiri, atau banyak orang yang menemani, selalu ada garansi kebaikan yang menyertai. Kebaikan yang Ia pilihkan, di waktu yang Ia tentukan. Maka sungguh bijak kiranya jika kita selalu mengingat dawuh ibn ‘Ataillah:


لا يَكُنْ تأَخُّرُ أَمَدِ العَطاءِ مَعَ الإلْحاحِ في الدُّعاءِ مُوْجِباً لِيأْسِكَ. فَهُوَ ضَمِنَ لَكَ الإِجابةَ فيما يَخْتارُهُ لَكَ لا فيما تَخْتارُهُ لِنَفْسِكَ. وَفي الوَقْتِ الَّذي يُريدُ لا فِي الوَقْتِ الَّذي تُرْيدُ

Jangan sampai tertundanya ijabah doa yang dirapal dengan penuh kesungguhan menjadikan engkau berputus asa. Karena Ia menjamin ijabah doa sesuai dengan pilihan-Nya, bukan pilihanmu, di waktu yang Ia kehendaki, bukan yang engkau maui.

Tapi, mengapa tiba-tiba saya menggunakan diksi tuan dan nona untuk menyapa anda?

Apa karena saya kesepian?

Apa hubungannya?

Hai Tuan,
Hai Nona,

Tuan kesepian, tak punya teman
Hatinya rapuh tapi berlagak tangguh
Oo-oo

Nona tak berkawan, tak pernah rasakan cinta
Sungguh pandai berkhayal, mimpi itu alamnya
Mereka berdua bertemu di satu sudut taman kota
Berkata tapi tak bicara
Masing-masingnya menganalisa

Biklah, sekian sapaan saya setelah sekian lama bersemedi untuk menyempurnakan ilmu kanuragan, tapi tak kunjung sepurna juga ternyata. Karena yang sempurna hanyalah Tuhan semata. Sempurna berikutnya milik andra and the backbone, “sempurnaa…”

Biarpun tampak tak tahu malu, kiranya tuan dan nona bisa membalas sapaan basa-basi dari saya ini, lebih menyenangkan jika kemudian kita bisa bercengkrama hangat bersama. Sehangat matahari di musim semi, jangan seperti matahari di musim panas ini, terlalu hangat, saya tidak suka terlalu banyak berkeringat

Selanjutnya, mungkin saya akan lebih sering muncul di lini masa tuan dan nona sekalian, tolong jangan diabaikan ya.

Halahh~

3 Replies to “TUAN DAN NONA, EZAYYAK?!”

Tinggalkan komentar