KAMU DI LINGKARAN MANA?

Kita mengenal banyak jenis kedekatan. Darinya lahir banyak sebutan macam-macam lingkaran; ada lingkaran pertemanan, lingkaran persahabatan, lingkaran teman-teman tongkrongan, lingkaran kelompok gibah, lingkaran tempat-tempat sambat dan berkeluh kesah, dan lingkaran-lingkaran lainnya.

Efek lingkaran ini terkadang berdampak pada pengaturan privasi story whatsapp; ada lingkaran yang bisa melihat story secara umum, lingkaran yang bisa lihat aktifitas harian, ada lingkaran yang lebih dalam; yang bisa lihat hal yang lebih privat, ada lingkaran lebih khusus lagi; lingkaran al-khawāsh al-khawwāsh. Biasanya sih perempuan yang punya ‘anomali’ perilaku seperti ini sependek yang saya tahu, tapi beberapa waktu kemarin satu teman laki-laki saya ternyata melakukan hal yang sama. Hmm, jadi kepikiran buat ikutan~

Dalam relasi lelaki-perempuan bahkan ada istilah khusus; dari mulai temenan aja, temen tapi mesra, hubungan tanpa status, friend with benefit, hubungan bertepuk sebelah tangan, gebetan, penjajakan, taarufan, pacaran, mantan, manten, gagal mup-on dari mantan yang udah jadi manten, dll masih banyak lagi. Eh tapi katanya laki-laki dan perempuan gak bakal bisa temenan ya? Kamu tim yang mana?

Di tingkat mana lingkaranmu bagi seseorang, terkait dengan sebesar apa rasa nyaman dan kepercayaan yang dapat kamu berikan, biasanya sih demikian. Semakin nyaman dan dapat dipercaya, semakin dalam lingkarannya. Tapi semua itu berawal dari lingkaran terluar berupa orang-orang asing yang dipertemukan melalui berbagai media dengan ragam kronologi yang melatarinya.

Seperti satu kelas yang terdiri dari 20 jiwa, satu sama lain mungkin saling mengenal nama masing-masing, tapi kemudian dari 20 itu hanya segelintir saja yang terbiasa kita sapa, segilintir lebih kecil lagi orang yang bisa kita ajak ngobrol, lebih sedikit lagi yang bisa diajak gibah, dititipi absen, dan lebih sedikit lagi yang bisa dipinjami duit, bahkan dari 20 itu, barangkali hanya satu dua orang saja yang bisa dijadikan tempat berbagi rahasia.

Perkenalan hamba dengan Tuhannya agaknya memiliki konsep yang serupa, meski tentunya tidak akan pernah sama. Tapi tampaknya analogi ini tidak begitu buruk, hanya tentu saja walillāhi al-matsal al-a‘alā. Perkenalan ini selanjutnya kita sebut saja dengan istilah makrifat.

Ibnu al-Qayyim pernah berkata, bahwa makrifat hamba pada Tuhannya ada dua macam; umum dan khusus. Setiap orang yang punya keyakinan bahwa Allah tuhan semesta alam, maka dia punya bagian dari makrifat ini. Tiada beda antara orang-orang saleh dan yang salah, yang taat dan pelaku maksiat, yang istikamah dan yang masih perlu banyak berbenah; semuanya berada di lingkaran ini, lingkaran terluar yang membedakan mereka dengan orang-orang ingkar; lingkaran makrifat umum.

Orang-orang yang ada di lingkaran ini tidak berada dalam satu kondisi, hampir setiap orang memiliki sikapnya masing-masing. Ada yang jalan di tempat, ada yang punya wacana untuk mendekat, ada yang sudah berencana tapi masih merasa berat, dan ada yang benar-benar mendekat dan terus merapat.

Yang terus berusaha dan berupaya untuk mendekat ini yang bertambah imannya, ditumbuhkan pada hatinya rasa malu, rasa cinta, kerinduan, ketergantungan pada Tuhannya yang dengannya pula terlepaslah kemelekatannya pada setiap makhluk-Nya. Sehingga hidup, mati, dan segalanya hanya ia persembahkan untuk Tuhannya semata. Inna shalātī wa nusukī wa mahyāya wa mamātī lillāhi rabbil’ālamīn.

Orang-orang yang seperti ini yang masuk lingkaran berikutnya; disebut dengan ma’rifat khāsshah, makrifat yang khusus, yang tentunya juga mendapat perlakuan khusus. Orang-orang ini masuk ke lingkaran yang lebih kecil dari berbagai pintu yang Tuhan sediakan. Pintu-pintu yang disesuaikan dengan keamampuan tiap individu.

Ada yang punya harta berlebih, ia mendekat melalui pintu sedekah, ada yang hartanya kurang, ia mendekat melalui pintu zikir, ada yang dikaruniai kecerdasan, ia mendekat melalui pintu ilmu, ada yang memiliki keterampilan, ia mendekat melalui pintu memudahkan urusan saudara seiman. Maha baik Tuhan yang telah menyiapkan banyak pintu sehingga hamba-hambanya bisa memilih dan menyesuaikan diri, dari pintu mana ia bisa memiliki amalan unggulan untuk mendekat pada-Nya.

Maha pemurah dan agung-Nya Tuhan yang mengapresiasi setiap upaya PDKT hambanya dengan memberikan cashback berkali lipat dari upaya tersebut. Yang mendekat dengan merangkak, Ia dekati dengan berjalan, yang mendekat dengan berjalan, ia dekati dengan berlari.

Sampai tiba saat di mana semuanya berakhir dan masing-masing mendapat ganjaran dari setiap perbuatan, Tuhan panggil hamba-hambanya dari pintu-pintu amalan yang mereka istikamahi. Seperti orang-orang yang masuk ke dalam lingkaran khusus Tuhan melalui pintu puasa, kelak Tuhan panggil mereka dari pintu ar-rayyan. Benarlah apa yang guru-guru kita selalu pesankan, “satu istikamah lebih baik dari seribu karomah.”

Saat satu pintu tertutup, ingatlah masih banyak pintu Tuhan lainnya yang masih terbuka dan bisa kamu lewati untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Jika memenuhi undangan-Nya terhalang isu korona, masih banyak cara lain untuk mendapatkan keridaan-Nya. Banyak jalan menuju takwa, sayang~

12 Replies to “KAMU DI LINGKARAN MANA?”

  1. hai hai… iseng nanya ah ikutan komen di atas, saya masuk lingkafan mana nih?

    kagak temenan ya. 🤣🤣🤣🤣

    btw tulisannya bagooss, nggak kentang, nyobain cocokologi bagian pembuka sama isi.

    okelah. saya yes

    Suka

    1. ka momo itu lingkaran,,, hmm, anu kaa,,,

      eh btw aku sering nemu istilah kentang loh, tapi gak tau artinya, apa sih emang? iyaa aku emang kudettt

      Suka

      1. kentang itu nggak mateng gitu. mentahhh… wkwkwkwkwk saya juga keracunan anak zaman sekarang.

        kan banyak tuh tulisan-tulisan kentang, udah bagus-bagus eh nanggung… ehh kagak selesai. kentang deh 😀🤣🤣🤣

        Suka

Tinggalkan komentar