ISHAK ATAU ISMAIL?

Setelah kita menyimak argumentasi tim nabi Ishak, sekarang mari kita ulas dalilnya tim nabi Ismail, yang bertindak sebagai jubir dari tim ini Imam Fakhruddin Ar-Razi.

Pandangan ini disupport oleh jajaran sahabat dan tabiin yang tak kalah keren, di antaranya: Ibn ‘Abbas, Ibn Umar, Sa’id bin Musayyib, Hasan al-Bashri, Asy-Sya’bi, Mujahid, dan Al-Kalbi.

Mereka mengajukan 6 dalil mengapa yang disembelih adalah nabi Ismail dan mengapa bukan nabi Ishak?

Pertama, Rasulullah SAW pernah berkata, “saya adalah putra dari 2 orang yang (hampir) disembelih.”

“Wahai putra dari 2 orang yang (hampir) disembelih,” kata seorang arab badui menyapa Rasulullah. Rasul tersenyum mendengarnya. Para sahabat bertanya, apa pasalnya?

Lalu Rasul berkisah, bahwa dahulu saat mencari sumur zam-zam Abdul Muthallib pernah bernazar, jika Allah mudahkan langkahnya, dia akan kurbankan satu anaknya. Ketika diundi, yang keluar nama Abdullah; ayahanda rasul. Tapi kemudian para paman melarangnya sambil memberi solusi, “tebuslah anakmu itu dengan 100 ekor unta!” Maka ia menebusnya dengan 100 ekor unta.

Sementara orang yang (hampir) disembelih lainnya adalah nabi Ismail. Nasab rasul bersambung ke nabi Ismail kan, bukan Ishak? Makanya Rasul putra Abdullah dan Ismail; 2 orang yang (hampir) disembelih.

Kedua, suatu ketika Abu ‘Amru bin al-‘Ala —satu dari imam qiraat yang 7– ditanya perihal siapa yang disembelih sebetulnya, Ismail apa Ishak? Kata beliau, “Hey, di mana akalmu? Kapan pula Ishak di Mekah? Yang di Mekah tuh Ismail, dia yang bangun kabah sama bapaknya, sementara tempat penyembelihan bukanya juga di mekah?”

Ketiga, terkait informasi tentang kepala kambing yang digantung, semuanya menyatakan bahwa kepala itu digantung di kabah. Lihat, kabah itu di mekah, yang di mekah ya nabi Ismail, jika seandainya yang disembelih nabi Ishak, maka kepala kambing akan digantungnya di syam; tempat kelahiran nabi Ishak.

Keempat, Allah sematkan sifat sabar pada Ismail di Al-Qur’an (Al-Anbiya: 85), tidak dengan Ishak. Karena Ismail bersabar saat disembelih. Ismail juga dijuluki sebagai seorang yang menepati janji (maryam: 54); ya janji ia akan bersabar pada ayahnya saat disembelih (As-Shaffat: 102)

Kelima, saat Allah beri kabar gembira pada Ibrahim soal kelahiran putra bernama Ishak, Ia juga soal kelahiran nabi Yakub (Hud: 71).

Kalau dibilang yang disembelih adalah Ishak, kemungkinannya dua; Ishak masih jomblo sehingga belum punya anak, atau sudah menikah dan punya anak.

Kemungkinan pertama tertolak, sebabnya bagaimana mungkin Allah suruh nabi Ibrahim sembelih nabi Ishak yang jomblo padahal sebelumnya bilang Ishak akan punya putra wich is Yakub.

Kemungkinan kedua? Ya tertolak juga, karena Al-Qur’an beri informasi bahwa putra Ibrahim “balagha ma’ahus-sa’ya,” (Ash-Shaffat: 102) alias masuk usia bisa diajak kooperatif melakukan sesuatu, sebagian mufassir ada yang mengatakan 7 tahun, yang lainnya mengatakan 13 tahun.

Ditambah, bukankah kabar gembiranya meliputi berita kenabian Ishak? Masa iya disuruh sembelih padahal beliau belum jadi nabi? Kalau benar begitu, bukankah artinya Allah lip service? Hmm~

Jika demikian, maka sudah barang tentu yang disembelih adalah Ismail, karena Ishak tidak punya alibi, sementara opsinya satu dari keduanya ini.

Keenam, Allah hikayatkan bahwa saat Ibrahim hijrah pergi meninggalkan kaumnya, beliau berdoa meminta keturunan, “rabbi hablî minas-shâlihîn” (Ash-Shaffat: 100)

Dari redaksinya kita bisa ambil kesimpulan bahwa saat itu nabi Ibrahim belum punya putra. Sehingga itu adalah permintaan untuk putra pertamanya. Di sisi lain sudah menjadi ijmak di kalangan para ulama bahwa putra pertama nabi Ibrahim adalah nabi Ismail. Maka sudah barang tentu ghulâm halîm itu nabi Ismail, dan beliaulah yang kemudian disembelih di beberapa ayat berikutnya.

Jadi anda sudah menentukan sikap akan berlabuh ke sisi yang mana? Tim nabi Ismail atau nabi Ishak?

Sstt, sebentar. Sebelum itu, mari kita coba lihat dulu sanggahan dari jubir tim nabi Ishak yang diwakili oleh Imam Qurthubi. Next tapi ya. See you~

Tinggalkan komentar