RANDOM LAINNYA

Suatu hari di bulan mei, satu teman dunia maya merekomendasikan drama korea berjudul mouse, katanya ada lee seung gi di sana. Seleranya emang model ahjussi gitu dia. Dia kasih rekomendasi, tapinya dia sendiri belum nonton. Yhaa~

Saya jadi teringat, konon salah satu alasan Imam Bukhari tidak meriwayatkan hadits dari Imam Syafi’i gegara Imam Syafi’i tidak jarang meriwayatkan hadits dengan redaksi begini, “haddatsanī tsiqah…, seseorang terpercaya bilang sama saya…”

Siapa orang yang terpercaya itu? Tidak disebutkan, ini jadi masalah buat ulama hadits, karena terpercaya buat seseorang, bisa jadi gak demikian buat yang lain. Walau pada dasarnya semua orang itu baik, tapikan ada aja yang ditolak gegera terlalu baik juga? Okay tidak nyambung.

Balik ke drama, teman saya bilang dramanya bagus, drama bagus menurut dia saja belum tentu bagus menurut orang, namanya juga selera, wajar. Tapi ini dia sendiri belum nonton. Gimana coba, ini tazkiahnya tsiqah tidak ini?

Terus jadinya alasan rekomendasiin tuh apa?

Ya karena sempat booming, dan ada lee seung gi si sana. Baiklah~

Tapi seingat saya, dia orang kedua yang merekomendasikan ini, orang pertama adalah kaka bloger pecinta drakor, penyuka genre psikopat, bahkan beliau benar-benar totalitas dalam hal ini.

Beliau tidak segan mengulang drama yang ditonton demi pemahaman yang utuh, beberapa scene percakapan beliau sampai hafal, nama-nama tokoh jangan ditanya, bahkan nama kucing yang muncul sekali dua kali saja dalam cuplikan drama beliau ingat. Wah, respek sih saya~

Nah, sehubungan ada dua orang yang merekomendasikan, saya jadi lebih mempertimbangkan drama ini, terlebih satu di antaranya benar-benar tsiqah dengan tingkat dlabit yang sangat tamām, ini bisa masuk kategori sahih lidzātihi.

Sementara riwayat lain yang sumbernya teman saya ini bisa jadi penguat, hey semakin banyak jalur riwayat, semakin kuat bukan?

Ah iya, walau mungkin riwayat dari teman saya ini dla’if karena perawinya yang kurang meyakinkan, setidaknya bisa naik kelas gegara riwayat dari kaka bloger tadi, berarti ini bisa masuk hasan lighairihi kan ya?

Aiih, kumaha sia weh lah~

Balik lagi ke drama, akhirnya saya nonton dramanya, baru episode satu juga sih, isinya tentang seorang psikopat yang berhasil membunuh banyak korban tapi tidak kunjung tertangkap.

Lalu muncul seorang saintis yang berhasil melakukan penelitian bahwa psikopat erat hubungnya dengan masalah genetika, artinya seorang psikopat bisa diprediksi keberadaannya bahkan sebelum dia lahir ke dunia dengan tingkat akurasi 99% melalui penelusuran gennya.

Penelitiannya masuk ke ranah politik, dikaji oleh anggota dewan untuk disahkan menjadi undang-undang legalisasi aborsi janin yang bergenetika psikopat. Apakah undang-undangnya disahkan? Di episode pertama tidak, kalangan yang pro kalah satu suara di banding yang kontra.

Tentu saja ini hanya sebatas film, fiksi, isinya rekayasa semua. Tapi saya jadi kepikiran, jika seandainya penelitian ini benar adanya, bahwa seorang psikopat bisa diidentifikasi sejak dini, apa hukum aborsi janin (calon) psikopat?

Mari kita berandai-andai, bukankah dahulu madrasah ashabul ra’yi unggul dengan fikih iftirādlī-nya?

Jadi boleh tidak mengaborsi janin dengan tujuan menghilangkan kemudaratan di masa yang akan datang dengan tingkat akurasi sampai 99%?

Bukankah ada konsep al-‘itibar bil-maālāt? Bahwa sesuatu yang potensial terjadi di masa depan bisa dijadikan sandaran untuk mengambil sikap saat ini. Bisa jadi sesuatu pada mulanya boleh tapi jadi terlarang gegara pertimbangan ini, istilah lainnya ya sadd dzarā’i; menutup peluang terjadinya keburukan. Atau sebaliknya.

Dalam kajian fikih, suatu sikap bisa diambil cukup dengan standar praduga atau dzan saja, jika dipersentasikan ya 50+1% sudah masuk dalam lingkaran dzan, karena 50% itu syak, sedikit saja melampaui titik itu, sudah ada alasan untuk merajihkan satu sisi dari yang lainnya. Bagaimana halnya dengan 99%? Memang tidak sampai yakin, ini dzan ghalib ma’a martabah ‘ulya. Halahh~

Bukankah ada kaidah yang bilang “menghindari keburukan lebih diutamakan dari pada mendatangkan kemaslahatan? Dar’ul-mafāsid muqaddamun min jalbil-mashālih?” Mengaborsi janin (calon) psikopat bisakah ditarik ke kaidah ini?

Menurut anda bagaimana?

Menurut saya sih baiknya kita pending saja dulu, mengingat tulisannya sudah terlalu panjang. Mari kita lanjut nonton dramanya.

Eh tapi kan kuota internet udah limit. Oh okay, kita rebahan wae kalau gitu. Hahahayyuuk~

10 Replies to “RANDOM LAINNYA”

  1. Aku dah nonton drama Mouse ini sampe selesai, 20 episode plus beberapa episode spesial. Daan baru kali ini aku nonton drama tapi malah simpati sama psikopatnya 😀

    Aku baca-baca di artikel, penulisnya nulis skenario drama ini karena dia kesel karena kalau psikopat di dunia nyata nggak ada rasa bersalah sama sekali, makanya di drama ini karakter psikopatnya dihukum dg cara diberi emosi. Meskipun bikin pusing tapi seru banget, apalagi di 10 ep terakhir..harus selesai ditonton pokoknya haha

    Suka

  2. partners for justice jauh lebih baik setelah nonton sampai akhir. kalau mau dibandingkan yaaa…

    beberapa alasannya karena derita nonton drama on going begitu nyata. molor terus diiringi episode spesial yang malah bikin jengkel karena bagian-bagian diulang meski dengan alasan memperjelas…

    Suka

  3. Sejauh saya belajar aja nih ya..

    Kalau dari sisi aqidah dilarang. Kenapa? Pertama, ada ayat yg bilang “hanya Allah yg tahu apa yg di dalam rahim seseorang.”
    Kedua, walaupun secara penelitian akurat 99% tetap saja ada kemungkinan 1% tidak akuratnya.
    Misal; Api itu diliat dari sisi manapun panas. Baik dari taswur ataupun tasdiq. Baik dari dalil musyahadat nadzari atau apapun kecuali sufastah.
    Tapi kenapa api pada kejadian nabi Ibrahim menjadi adem?
    Karena jangan lupa, yang memiliki ta’tsir nya itu Allah. Bukan manusia.

    Jadi tetep aja, mau kemungkinan besar feeling kita bakalan jodoh sama doi. Eh ta’tsir Allah berkata lain 😦 Wallahu a’lam…

    Suka

  4. Hati-hati munculin pertanyaan. Kalau emang mau di post harus segera tulis jawabannya juga. Karena kalau pembaca ga ngelanjutin bacaannya dan ga tau ujungnya kemana bisa salah tangkap.

    Misalnya pembaca malah menyimpulkan; feeling dia bakalan terjadi keburukan nih, dia bakal melakukan hal yg ga baik dulu sebelum itu terjadi.

    Suka

Tinggalkan komentar